Minggu, 12 Oktober 2014

Agresi Militer 2 , Kue manis ujang (awal hidup) Part 1


KUE MANIS UJANG

Bandung  ditahun 1940an  yang  tetap dengan hawa sejuknya memulai cerita dimana kedua anak manusia lahir dan tumbuh bersama , disatukan dibawah langit bhinneka yang walaupun mereka berbeda tetapi rasa itu abadi…
Pagi itu keluarga sahidin mendapatkan karunia yang tak terkira dari sang pencipta dan ditengah desingan peluru perjuangan dan tajamnya bambu runcing mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki yang mereka beri nama ujang, singkat namanya tetapi tidak bagi jalan hidupnya dan keluarganya juga negaranya.
200 meter dari rumah keluarga sahidin , tinggal sekeluarga belanda yang walaupun mereka bertampang Holland banget tetapi jauh dalam hati seorang bayi perempuan yang lahir bersamaan  dengan hari dimana ujang juga terlahir ke dunia ada perasaan sangat cinta pada bumi pertiwi ini, ya .. inilah keluarga van straat yang merupakan seorang pegawai negeri dilingkungan kerajaan belanda , dipagi itu pula mereka dikaruniai seorang bayi kecil yang sangat khas orang belanda berhidung mancung, bermata biru namun rambutnya tidak terlalu blonde ,, bayi mungil ini bernama Ingrit van straat.
Dimasa itu adalah masa awal pergerakan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu pemerintahan hindia belanda yang sangat kejam baik dari segi kemanusiaan maupun perasaan , perjuangan yang harus dilalui rakyat indonesia dimanapun berada dengan mempertaruhkan nyawa , darah , keringat , dan air mata. Juga perjuangan rakyat indonesia yang harus melawan sesamanya karena politik devide et impera (politik adu domba) yang dilakukan bangsa belanda agar anak bumi pertiwi mau setia berada dibawah kaki sang penjajah dengan diiming-imingi jabatan dan juga pekerjaan di wilayah kerajaan belanda, mereka inilah tipikal seorang yang tidak cinta pada sang pertiwi, namun lebih memilih untuk melacurkan diri pada penjajah.
Disini tuhan dengan kuasa NYA mulai menuliskan sebuah skenario hidup dimana ujang yang terlahir dari keluarga petani priangan yang sangat kental dengan kehidupan kedua orang tuanya dan bahkan leluhurnya yang merupakan pemeluk islam yang taat dan hanya mengenal satu kata ,satu semboyan dalam jiwa mereka yaitu berjuang untuk merdeka atau mati, inilah dedikasi dan rasa cinta sesungguhnya bangsa pribumi terhadap tanah tumpah darahnya.
Disuatu pagi yang sejuk di dataran tinggi bandung ingrit kecil tumbuh menjadi pribadi yang sangat tidak biasa untuk anak keluarga residen belanda pada umumnya, dia sangat suka dengan bahasa daerah , ya bahasa sunda menjadi dialek ke dua yang ingrit kecil pelajari setelah bahasa belanda yang diajarkan orang tuanya, pada saat itu perkembangan kebudayaan ditanah sunda sedikit dibatasi oleh pemerintah belanda, yang menurut pemerintah belanda waktu itu, kebudayaan seperti wayang golek , karawitan , dsb sangat dianggap berbahaya oleh pemerintah belanda.
Keluarga van straat yang walaupun sebagai seorang residen namun dimasa itu pemikirannya agak sedikit demokratis ..
Sore hari dengan sunsetnya yang sangat indah , di sebuah hutan dekat rumah ujang, ada seorang anak kecil yang menangis tersedu-sedu , bukan karena pertempuran yang terjadi antara pasukan VOC dengan penduduk priangan, namun,, anak kecil ini tersesat..  “bunuh saja” .. teriak salah seorang pejuang priangan yang menemukan Ingrit ketika dia sedang menangis dibawah pohon beringin besar. .. Dari kejauhan ada suara “jangan atuh aa’ anak kecil itu tehh”.. sambil menenteng bambu runcing dan bertelanjang dada ayah ujang dan seorang pejuang dari daerah hegar manah terlibat sedikit argumen ., waktu itu ujang berusia sekitar 4 tahun dan sudah ikut berjuang dengan ayah dan keluarganya memang dikenal sebagai keluarga yang patriotik....  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar