KUE MANIS UJANG
Bandung ditahun 1940an yang tetap dengan hawa sejuknya memulai cerita
dimana kedua anak manusia lahir dan tumbuh bersama , disatukan dibawah langit
bhinneka yang walaupun mereka berbeda tetapi rasa itu abadi…
Pagi itu keluarga sahidin
mendapatkan karunia yang tak terkira dari sang pencipta dan ditengah desingan
peluru perjuangan dan tajamnya bambu runcing mereka dikaruniai seorang bayi
laki-laki yang mereka beri nama ujang, singkat namanya tetapi tidak bagi jalan
hidupnya dan keluarganya juga negaranya.
200 meter dari rumah keluarga
sahidin , tinggal sekeluarga belanda yang walaupun mereka bertampang Holland banget
tetapi jauh dalam hati seorang bayi perempuan yang lahir bersamaan dengan hari dimana ujang juga terlahir ke
dunia ada perasaan sangat cinta pada bumi pertiwi ini, ya .. inilah keluarga
van straat yang merupakan seorang pegawai negeri dilingkungan kerajaan belanda
, dipagi itu pula mereka dikaruniai seorang bayi kecil yang sangat khas orang
belanda berhidung mancung, bermata biru namun rambutnya tidak terlalu blonde ,,
bayi mungil ini bernama Ingrit van straat.
Dimasa itu adalah masa awal
pergerakan rakyat Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu pemerintahan
hindia belanda yang sangat kejam baik dari segi kemanusiaan maupun perasaan ,
perjuangan yang harus dilalui rakyat indonesia dimanapun berada dengan
mempertaruhkan nyawa , darah , keringat , dan air mata. Juga perjuangan rakyat
indonesia yang harus melawan sesamanya karena politik devide et impera (politik
adu domba) yang dilakukan bangsa belanda agar anak bumi pertiwi mau setia
berada dibawah kaki sang penjajah dengan diiming-imingi jabatan dan juga
pekerjaan di wilayah kerajaan belanda, mereka inilah tipikal seorang yang tidak
cinta pada sang pertiwi, namun lebih memilih untuk melacurkan diri pada
penjajah.
Disini tuhan dengan kuasa NYA
mulai menuliskan sebuah skenario hidup dimana ujang yang terlahir dari keluarga
petani priangan yang sangat kental dengan kehidupan kedua orang tuanya dan
bahkan leluhurnya yang merupakan pemeluk islam yang taat dan hanya mengenal
satu kata ,satu semboyan dalam jiwa mereka yaitu berjuang untuk merdeka atau
mati, inilah dedikasi dan rasa cinta sesungguhnya bangsa pribumi terhadap tanah
tumpah darahnya.
Disuatu pagi yang sejuk di dataran
tinggi bandung ingrit kecil tumbuh menjadi pribadi yang sangat tidak biasa
untuk anak keluarga residen belanda pada umumnya, dia sangat suka dengan bahasa
daerah , ya bahasa sunda menjadi dialek ke dua yang ingrit kecil pelajari
setelah bahasa belanda yang diajarkan orang tuanya, pada saat itu perkembangan
kebudayaan ditanah sunda sedikit dibatasi oleh pemerintah belanda, yang menurut
pemerintah belanda waktu itu, kebudayaan seperti wayang golek , karawitan , dsb
sangat dianggap berbahaya oleh pemerintah belanda.
Keluarga
van straat yang walaupun sebagai seorang residen namun dimasa itu pemikirannya
agak sedikit demokratis ..
Sore hari dengan sunsetnya yang
sangat indah , di sebuah hutan dekat rumah ujang, ada seorang anak kecil yang
menangis tersedu-sedu , bukan karena pertempuran yang terjadi antara pasukan
VOC dengan penduduk priangan, namun,, anak kecil ini tersesat.. “bunuh saja” .. teriak salah seorang pejuang
priangan yang menemukan Ingrit ketika dia sedang menangis dibawah pohon
beringin besar. .. Dari kejauhan ada suara “jangan atuh aa’ anak kecil itu
tehh”.. sambil menenteng bambu runcing dan bertelanjang dada ayah ujang dan
seorang pejuang dari daerah hegar manah terlibat sedikit argumen ., waktu itu
ujang berusia sekitar 4 tahun dan sudah ikut berjuang dengan ayah dan
keluarganya memang dikenal sebagai keluarga yang patriotik....